TUGAS
SEJARAH SEJARAH MINANG KABAU
PENGARUH HINDUBUDHA DI MINANGKABAU




WELL PUTRA HERMAN         1010712014

JURUSAN ILMU SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS ANDALAS
1432 H/2011 M





Pengaruh Hindu-Budha di Minangkabau
Pengaruh Hindu-Budha di Sumatera bagian tengah telah muncul kira-kira pada abad ke-13, yaitu dimulai pada masa pengiriman Ekspedisi Pamalayu oleh Kertanagara, dan kemudian pada masa pemerintahan Adityawarman dan putranya Ananggawarman.
Kekuasaan dari Adityawarman diperkirakan cukup kuat mendominasi wilayah Sumatera bagian tengah dan sekitarnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan gelar Maharajadiraja yang disandang oleh Adityawarman seperti yang terpahat pada bahagian belakang Arca Amoghapasa, yang ditemukan di hulu sungai Batang Hari (sekarang termasuk kawasan Kabupaten Dharmasraya).
Dari prasasti Batusangkar disebutkan Ananggawarman sebagai yuvaraja melakukan ritual ajaran Tantris dari agama Buddha yang disebut hevajra yaitu upacara peralihan kekuasaan dari Adityawarman kepada putra mahkotanya, hal ini dapat dikaitkan dengan kronik Tiongkok tahun 1377 tentang adanya utusan San-fo-ts'i kepada Kaisar Cina yang meminta permohonan pengakuan sebagai penguasa pada kawasan San-fo-ts'i.
Beberapa kawasan pedalaman Sumatera tengah sampai sekarang masih dijumpai pengaruhi agama Buddha antara lain kawasan percandian Padangroco, kawasan percandian Padanglawas dan kawasan percandian Muara Takus. Kemungkinan kawasan tersebut termasuk kawasan taklukan Adityawarman. Sedangkan tercatat penganut taat ajaran ini selain Adityawarman pada masa sebelumnnya adalah Kubilai Khan dari Mongol dan raja Kertanegara dari Singhasari.
Samapai sekarang masih terdapat sisa-sisa kebudayaan hindu dan buha dalam masrakatmuslimminang kabau, walaupun kualitas dan kuantitasnya tidak seperti padakebudayaan jawa yang masih terlihat masih sangat kuat.
               Di Jawa Candi-candi dan adat kejawen masih kental. Itulah bedanya dengan Minangkabau. Candi dan biaro tinggal nama. Di era Hindu Buddha ini (kemungkinan) banyak berdiri candi-candi dan
biaro (istilah Minang untuk vihara).

               Pengaruh Buddha paling terasa di zaman Adityawarman karena ia sendiri menganut aliran Tantrism Tantrayana). Patung Buddha ada dimana-mana.  Minangkabau didominasi oleh warna merah kuning dan hitam.

               Banyak yang melakukan ritual 'batarak' di gua-gua di tengah hutan atau di rumah-rumah tinggal di tengah rimba, demi mendapatkan sejumlah kehebatan. Di zaman ini pula diperkenalkan istilah-istilah yang berasal dari kedu agama, tentunya dalam bahasa sanskerta dan bahasa Pali.

               Di era ini, banyak masyarakat melakukan persembahan sesajen. Membangun rumah, dipotonglah seekor ternak misalnya kerbau, sapi, kambing atau ayam. Setelah islam masuk, kadang-kadag masih diamalkan. Ilmu-ilmu hitam berkembang. Gasing tangkurak dan guna-guna banyak dipakai oleh masyarakat.


               Mantra-mantra banyak digunakan. Dengan pengaruh kerajaan yang diperintah Adityawarman, Minangkabaubbanyak mendapat pengaruh budaya Jawa. Dikenallah istilah2 sbb:dewa-dewi, bidadara bidadari, patih, tumenggung, Bodhi, Hyang, Manti (menteri), Pandito (pandita), Dewano, Sadeo (sadewa), Swarga-nairaka

               Mungkin di era Hindu dan Buddha ini orang Minang tidak mengenal istilah kuburan karena dalam Hindu dan Buddha mayat biasanya dikremasi lalu dibakar. Tapi ada sebuah kuburan rajo-rajo di Kuburajo, Tanah Datar. Apakah mereka tidak menjalani aturan agamanya? Atau mereka sudah Islam?

               Apakah Datuk Tantejo itu bukan seorang Hindu atau Buddha? Sebab kuburannya masih ada. Begitu pula kuburan Dt. Perpatih Nan Sebatang. Di era Hindu-Buddha ini, perempuan Minang belum mengenal pakaian penutup aurat seperti Jilbab.

Copyright 2009 Simplex Celebs All rights reserved Designed by SimplexDesign